Rabu, 07 Desember 2016

BEKISTING BETON BERTULANG


BEKISTING BETON BERTULANG



Bekisting beton merupakan pekerjaan yang penting dalam sebuah proyek bangunan, karena kesalahan dalam perencanaan, pengadaan, atau pengelolaannya bisa menyebabkan keterlambatan atau bahkan kegagalan proyek. Berikut alur pekerjaan bekisting beton bertulang.

a.    Perencanaan bekisting

1.    Mempelajari struktur bangunan yang akan dibuat.
2.    Cek desain struktur, arsitektur dan mekanikal elektrikal apakah yang perlu diubah atau disesuaikan.
3.    Menentukan metode pelaksanaan pekerjaan yang akan dipakai.
4.    Pembuatan gambar shop drawing bekisting.
5.    Menghitung jumlah dan jenis material bekisting yang digunakan.
6.    Menghitung berapa jumlah biaya yang diperlukan untuk pekerjaan bekisting
7.    Tentukan asal bekisting yang kan digunakan, apakah membeli atau menyewa dari supplier. Disini ada proses pengajuan, penawaran, dan negosisasi dengan penyediaan bekisting.
8.    Tentukan tenaga kerja yang akan melaksanakan pengiriman, pemasangan, dan pembongkaran.
9.    Proses evaluasi, apakah metode kerja, biaya, dan kualitsa pekerjaan nantinya sudah bagus. Jika belum, maka perlu dilakukan inovasi atau pertimbangan untuk menggunakan tipe bekisting lain.

b.    Pengadaan Beksiting

1.    Pengukuran lokasi pekerjaan dengan tepat berdasarkan gambar shop drawing bekisting.
2.    Selalu membersihkan bekisting sebelum dipasang, adanya kotoran pada dinding bekisting dapat menimbulkan hasil cor beton tidak rapi, retak atau bahkan kegagalan struktur.
3.    Pemasangan menyesuaikan garis marka ukur yang telah dibuat.
4.    Cek ukuran (posisi, ketegakan, kedataran ).
5.    Cek perkuatan bekisting.
6.    Jika sudah selesai maka dapat dilakukan pengecoran beton.

c.    Pembongkaran bekisting

1.    Kapan bekisting dibongkar?
2.    Bagaiamana urutan pembongkarannya, hal ini dimaksudkan agar dapat membongkar dalam waktu yang lebih cepat.
3.    Untuk apa lagi bekisting yang sudah dibongkar, apakah mau distock, dipakai lagi untuk pekerjaan selanjutnya atau dikeluarkan dari lokasi proyek.

d.    Pembuangan bekisting

1.    Memilah-milah mana bekisting yang sudah tidak terpakai, ada material yang terpaksa dibuang di tempat sampah, ada yang bisa dijual kembali karena masih memiliki nilai jual.
2.    Proses bekisting sudah selesai.

Sumber referensi :



BREAKWATER

Breakwater

Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energi gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan di belakang bangunan. Endapan ini dapat menghalangi transport sedimen sepanjang pantai.

a.         Fungsi
Bangunan ini berfungsi untuk melindungi pantai yang terletak dibelakangnya dari serangan gelombang yang dapat mengakibatkan erosi pada pantai. Perlindungan oleh pemecahan gelombang lepas pantai terjadi karena berkurangnya energi gelombang yang sampai di perairan di belakang bangunan. Karena pemecah gelombang ini dibuat terpisah ke arah lepas pantai, tetapi masih di dalam zona gelombang pecah (breaking zone), maka bagian sisi luar pemecah gelombang memberikan perlindungan dengan meredam energi gelombang sehingga gelombang dan arus di belakangnya dapat dikurangi.
Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam gelombang sebagian energinya akan dipantulkan (refleksi), sebagian diteruskan (transmisi) dan sebagian dihancurkan (dissipasi) melalui pecahnya gelombang, kekentalan fluida, gesekan dasar dan lain-lainnya. Pembagian besarnya energi gelombang yang dipantulkan, dihancurkan dan diteruskan tergantung karakteristik gelombang datang (periode, tinggi, kedalaman air), tipe bangunan peredam gelombang (permukaan halus dan kasar, lulus air dan tidak lulus air) dan geometrik bangunan peredam (kemiringan, elevasi, dan puncak bangunan)

Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan mengurangi pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan. Pantai di belakang struktur akan stabil dengan terbentuknya endapan sediment tersebut.

a.         Material
Material yang digunakan tergantung dari tipe bangunan itu sendiri. Seperti halnya bangunan pantai kebanyakan, pemecah gelombang lepas pantai dilihat dari bentuk strukturnya bisa dibedakan menjadi dua tipe yaitu : sisi tegak dan sisi miring.
1.    Tipe sisi tegak pemecah gelombang bisa dibuat dari material-material seperti pasangan batu, sel turap baja yang didalamnya di isi tanah atau batu, tumpukan buis beton, dinding turap baja atau beton, kaison beton dan lain sebagainya.

Berbagai jenis breakwater sisi tegak

Dari beberapa jenis tersebut, kaison beton merupakan material yang paling umum di jumpai pada konstruksi bangunan pantai sisi tegak. Kaison beton pada pemecah gelombang lepas pantai adalah konstruksi berbentuk kotak dari beton bertulang yang didalamnya diisi pasir atau batu. Pada pemecah gelombang sisi tegak kaison beton diletakkan diatas tumpukan batu yang berfungsi sebagai fondasi. Untuk menanggulangi gerusan pada pondasi maka dibuat perlindungan kaki yang terbuat dari batu atau blok beton :

2.    Tipe sisi miring pemecah gelombang lepas pantai bisa dibuat dari beberapa lapisan material yang ditumpuk dan dibentuk sedemikian rupa (pada umumnya apabila dilihat potongan melintangnya membentuk trapesium) sehingga terlihat seperti sebuah gundukan besar batu, Dengan lapisan terluar dari material dengan ukuran butiran sangat besar.
Breakwater sisi miring
Dari gambar dapat kita lihat bahwa konstruksi terdiri dari beberapa lapisan yaitu:
a.      Inti (core) pada umumnya terdiri dari agregat galian kasar, tanpa partikel-partikel halus dari debu dan pasir.
b.      Lapisan bawah pertama (under layer) disebut juga lapisan penyaring (filter layer) yang melindungi bagian inti(core) terhadap penghanyutan material, biasanya terdiri dari potongan-potongan tunggal batu dengan berat bervariasi dari 500 kg sampai dengan 1 ton.
c.      Lapisan pelindung utama (main armor layer) seperti namanya, lapisan ini merupakan pertahanan utama dari pemecah gelombang terhadap serangan gelombang. Pada lapisan inilah biasanya batu-batuan ukuran besar dengan berat antara 1-3 ton atau bisa juga menggunakan batu buatan dari beton dengan bentuk khusus dan ukuran yang sangat besar seperti tetrapod, quadripod, dolos, tribar, xbloc accropode dan lain-lain.

a.     Metode Pelaksanaan Konstruksi

Ada berbagai macam metode dalam pelaksanaan pembangunan konstruksi pemecah gelombang lepas pantai baik itu sisi tegak maupun sisi miring. Untuk sisi tegak ada sebuah metode pelaksanaan yang cukup unik pada sebuah konstruksi pemecah gelombang kaison. Metode ini agak berbeda dan sempat mejadi pertentangan pada saat ditemukan.

Adapun gambaran umum metode pelaksanannya adalah sebagai berikut:

  • Kaison yang terbuat dari beton pracetak diletakan dipermukaan air dengan bagian dasarnya yang terbuka menghadap ke bawah. Dengan mengatur tekanan udara didalam kaison, maka tingkat pengapungannya dapat dikendalikan untuk memastikan stabilitas dan mengatur aliran udaranya selama pemindahan ke lokasi pemasangannya.
  • Adapun untuk proses pemindahan kaison kelokasi pemasangan bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan didorong menggunakan sebuah tugboat.

  • Pada saat sudah berada dilokasi pemasangan, udara didalam kaison dikeluarkan dan kaison ditenggelamkan ke dasar laut dengan mengandalkan berat dari kaison sendiri. Kemudian, setelah kaison ditenggelamkan dan berada pada posisi yang telah direncanakan, maka kaison diisi dengan material pengisi untuk meningkatkan kekuatan strukturnya.

  • Karena kaison tebuka di bagian dasarnya maka bagian ujungnya hanya mempunyai luasan permukaan yang sangat kecil jika dibandingkan dengan area yang dicakup oleh kaison itu sendiri. Luas permukaan ujung yang kecil ini digabungkan dengan berat kaison yang besar mengakibatkan kaison lebih mudah ditenggelamkan hingga menancap ke dasar laut dengan kedalaman yang cukup. Hal ini untuk memastikan kaison dapat menahan pergerakan horizontal dari struktur setelah dipasang. Disamping itu juga dimaksudkan agar material dasar laut yang berada dalam cakupan kaison dapat dijadikan sebagai bahan pengisi kaison sebagai salah satu solusi menghemat pemakaian material pengisi.

  • Sedangkan jika tanah di dasar laut terlalu lunak untuk mendukung kaison selama pengisian dan setelah dinding-dinding vertikal menembus dasar laut sampai kedalaman yang diinginkan, penurunan selanjutnya dapat dicegah dengan memelihara udara bertekanan yang ada di dalam kaison.

  • Kaison itu kemudian diisi dengan cara memompa masuk material kerukan melalui suatu lubang masuk. Ketika material kerukan seperti lumpur dan/atau pasir dipompa masuk kedalam kaison, udara bertekanan yang tersisa dalam kaison itu dikurangi seperti yang dilakukan pada air yang mengisi kaison, sehingga struktur itu berada dibawah dukungan hidrolik sementara.

  • Pada akhirnya setelah kaison itu cukup diisi dengan material padat, maka lubang-lubang udara dan hidrolik ditutup dengan beton atau material lain.
Sedangkan untuk tipe bangunan sisi miring metode pelaksanaannya tidak jauh berbeda dengan bangunan pelindung pantai lainnya seperti groin dan jeti yang juga menggunakan konstruksi sisi miring. Yang membedakan hanya cara pemindahan material dan alat-alat beratnya saja. Karena pemecah gelombang lepas pantai dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai maka untuk pemidahan material dan alat berat ke lokasi pemasangan menggunakan alat transportasi air misalnya kapal atau tongkang pengangkut material. Adapun metode pelaksanaannya dapat dipilah per lapisan sebagai berikut:

  • Untuk lapisan inti (core) material ditumpahkan ke dalam laut menggunakan dump truk. Supaya memudahkan penimbunan material oleh truk, bagian inti(core) idealnya mempunyai lebar antara 4-5 meter pada bagian puncak dan kira-kira 0,5 meter di atas level menengah permukaan laut, ketika ada suatu daerah pasang surut yang besar, sebaiknya berada diatas level tertinggi air pasang.
  • Lapisan bawah pertama (under layer) yang terdiri dari potongan-potongan tunggal batu. Penempatan batu-batu lapisan ini dapat dilakukan menggunakan ekskavator hidrolis, selain itu juga bisa dengan menggunakan sebuah mobile crane normal jika tersedia ruang yang cukup untuk landasannya. Jangan pernah menggunakan crane dengan ban karet pada lokasi yang tidak rata tanpa landasan yang cukup luas. Ekskavator harus menempatkan batuan yang lebih berat secepat mungkin sehingga bagian inti (core) tidak mengalami hempasan ombak. Jika suatu ombak badai mengenai lokasi dimana terlalu banyak bagian inti (core) yang mengalaminya, maka ada suatu bahaya yang serius pada bagian inti (core) yaitu penggerusan material. Gambar 9 menunjukkan susunan lapisan bawah. Dalam hal ini kemiringan lerengnya adalah 2,5/1 dan jarak H, adalah ketinggian dari puncak lapisan bawah ke dasar laut. Suatu tiang dari kayu harus ditempatkan pada bagian atas inti (core) dan disemen untuk meperkokohnya. Pada jarak sama dengan 2,5 x H, sebuah batu ladung yang berat dengan sebuah pelampung penanda harus ditempatkan di dasar laut. Sebuah senar nilon berwarna terang akan direntangkan dari batu ladung ke ketinggian yang diperlukan (H) pada tiang. Prosedur ini harus diulangi setiap 5 m untuk membantu operator crane atau ekskavator untuk menempatkan puncak lapisan di tingkatan yang benar. Seorang perenang dapat memastikan bahwa masing-masing batu batuan yang terpisah ditempatkan di dalam profil yang dibatasi oleh senar nilon.

  • Lapisan pelindung utama (main armor layer). Dalam pelaksanaan penempatan batu maupun batu batuan dapat menggunakan crawler crane (crane penggerak roda kelabang) atau tracked crane (crane dengan rel). Crane jenis tersebut adalah alat berat yang paling cocok untuk pekerjaan menempatkan batuan berukuran besar. Batu-batu yang besar harus diangkat satu demi satu menggunakan sling atau pencengkram dan harus ditempatkan didalam air dengan pengawasan dari seorang penyelam. Ia harus ditempatkan satu demi satu berdasar urutannya untuk memastikan ia saling berkesinambungan. Hal ini untuk meyakinkan bahwa ombak tidak bisa menarik satu batu ke luar, yang menyebabkan batu-batu pada bagian atas longsor, menerobos lapisan pelindung dan mengakibatkan terbukanya bagian bawah yang batuannya lebih kecil.
  • Untuk memastikan bahwa batu-batu ditempatkan dengan baik, penyelam tadi perlu mengarahkan operator crane setiap kali suatu batu ditempatkan sampai lapisan pelindung ini menerobos permukaan air. Sama seperti lapisan bawah, diperlukan dua lapisan pelindung untuk menyelesaikan lapisan pelindung utama. Profil kemiringan dapat diatur pada interval tetap 5 m menggunakan prosedur yang sama.
a.     Dampak Lingkungan
Seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung oleh pemecah gelombang akan mengurangi pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan di belakang bangunan. Pengendapan tersebut menyebabkan terbentuknya cuspate. Apabila bangunan ini cukup panjang terhadap jaraknya dari garis pantai, maka akan terbentuk tombolo.

Sedangkan pengaruh pemecah gelombang lepas pantai terhadap perubahan bentuk garis pantai dapat dijelaskan sebagai berikut. Apabila garis puncak gelombang pecah sejajar dengan garis pantai asli, terjadi difraksi di daerah terlindung di belakang bangunan, di mana garis puncak gelombang membelok dan berbentuk busur lingkaran. Perambatan gelombang yang terdifraksi tersebut disertai dengan angkutan sedimen menuju ke daerah terlindung dan diendapkan di perairan di belakang bangunan. Pengendapan sedimen tersebut menyebabkan terbentuknya cuspate dibelakang bangunan.

Proses tersebut akan berlanjut sampai garis pantai yang terjadi sejajar dengan garis puncak gelombang yang terdifraksi. Pada keadaan tersebut transport sedimen sepanjang pantai menjadi nol. Seperti terlihat pada gambar 1-14dimana arah gelombang dominan hampir tegak lurus garis pantai asli, garis puncak gelombang dari sisi kiri dan kanan pemecah berpotongan di titik A. Puncak cuspate akan terjadi pada titik A. Dengan demikian pembentukan tombolo tergantung pada panjang pemecah gelombang lepas pantai dan jarak antara bangunan dengan garis pantai. Biasanya tombolo tidak terbentuk apabila panjang pemecah gelombang lebih kecil dari jaraknya terhadap garis pantai. Jika bangunan menjadi lebih panjang dari pada jaraknya terhadap garis pantai maka kemungkinan terjadinya tombolo semakin tinggi.

Apabila gelombang datang membentuk sudut dengan garis pantai maka laju transport sedimen sepanjang pantai akan berkurang, yang menyebabkan pengendapan sedimen dan terbentuknya cuspate. Pengendapan berlanjut sehingga pembentukan cuspate terus berkembang hingga akhirnya terbentuk tombolo
Tombolo yang terbentuk akan merintangi/menangkap transport sedimen sepanjang pantai. Sehingga suplai sedimen ke daerah hilir terhenti yang dapat berakibat terjadinya erosi pantai di hilir bangunan.

Sumber referensi :


FLOATING PRODUCTION AND STORAGE OFFLOADING


FLOATING PRODUCTION STORAGE AND OFFLOADING


            Sistem FPSO (Floating Production Storage and Offloading) sudah banyak digunakan secara luas oleh perusahaan-perusahaan minyak untuk menyimpan minyak dari rig di tengah laut dan laut lepas. Sistem ini merupakan salah satu sistem terbaik yang dirancang untung pengembangan dalam industri eksplorasi minyak di wilayah laut. FPSO sendiri merupakan konversi dari sebuah kapal tanker atau kapal yang memang dibangun untuk kebutuhan Floating Production Storage and Offloading.

            FPSO (Floating Production Storage dan Pembongkaran), seperti namanya adalah alat apung yang membantu kegiatan rig yang tidak hanya untuk menyimpan tetapi juga mengolah kualitas minyak sebelum akhirnya disalurkan ke industri yang membutuhkan menggunakan kapal tanker atau dengan bantuan pipa instalasi bawah laut.

            Penggunaan sistem FPSO ini juga memberikan keuntungan bagi perusahaan pelayaran karena perusahaan tidak perlu mengeluarkan investasi lebih banyak lagi untuk mengangkut minyak mentah dan membawanya ke kilang minyak darat sebelum di distribusikan ke industri-industri yang membutuhkan. Dalam istilah sederhananya, FPSO menghemat waktu dan uang secara efektif.





Berikut ini merupakan uraian fungsi dari FPSO sebagai suatu sistem:

  • Produksi: Huruf P dalam FPSO merupakan singkatan dari Production atau produksi. Produksi berarti pengembangan minyak mentah yang diperoleh dari dalam dasar laut. FPSO dilengkapi dengan peralatan yang berfungsi sebagai kilang untuk menyaring minyak dari air dan gas yang dikeluarkan dari production wells. Ini merupakan fungsi utama dan keunggulan dari FPSO sehingga masih digunakan sampai dengan saat ini. 
  • Penyimpanan: Huruf S dalam FPSO merupakan singkatan dari Storage atau penyimpanan. Selain berfungsi sebagai penyaring minyak mentah dari air dan gas pada saat proses produksi, FPSO juga memiliki fungsi sebagai penyimpanan. Untuk tujuan ini FPSO dilengkapi dengan beberapa instalasi pipa, tabung, dan tangki untuk menyimpan hasil penyulingan dari minyak mentah. Sistem penyimpanannya dibuat sedemikian rupa sehingga menghindari adanya kemungkinan tumpahan minyak yang tidak diinginkan dan pencemaran laut akibat proses produksi.
  • Offloading: Huruf O dalam FPSO merupakan singkatan dari Offloading atau pembongkaran/pemindahan. Aspek Offloading sangat penting ketika FPSO harus memindahkan minyak yang ke dalam kapal tanker pembawa minyak atau pipa bawah laut yang berfungsi untuk mentransfer minyak. Dalam istilah sederhananya, offloading merupakan pemindahan minyak dari FPSO ke kapal tanker atau pipa bawah laut. Proses Offloading merupakan bagian yang cukup rumit dan berbahaya karena membutuhkan konsentrasi dan fokus untuk menghindari terjadinya tumpahan minyak.  

            Hal yang menarik adalah desain dari FPSO yang mengapung di tengah laut dengan memiliki sistem rumit yang terinstall di FPSO harus mampu menjaga kualitas minyak yang diperoleh dimana dalam waktu yang bersamaan terdapat beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi performance dari FPSO seperti pasang surut, gelombang tinggi, dan cuaca buruk di tengah laut.   

            FPSO adalah suatu sistem yang digunakan dari tahun 70-an ketika eksplorasi minyak skala besar dimulai. Dalam empat dekade terakhir, eksplorasi menggunakan bantuan FPSO terus meningkat karena sistem ini dianggap mudah dan memungkinkan efisiensi biaya serta menjadi aset yang cukup besar dalam proses eksplorasi minyak diwilayah laut.

Sumber referensi :


KOROSI PADA BAJA TULANGAN

KOROSI PADA BAJA TULANGAN


Pada korosi jenis ini, Mekanisme korosi yang terjadi pada baja tulangan merupakan jenis korosi merata dimana kerusakan terjadi pada tulangan di dalam beton. Hal ini disebabkan karena tulangan di dalam beton bereaksi dengan air dan membentuk karat. Beton secara makro terlihat sebagai material yang kuat dan masif, tetapi jika dilihat secara mikro maka beton adalah material yang berpori dengan diameter yang kecil. Pori-pori ini dinamakan pori kapiler, dan ukurannya berdiameter 3nm−2μm. Ukuran diameter pori-pori kapiler tersebut masih memungkinkan senyawa-senyawa di sekitar beton untuk berinfiltrasi ke dalam beton dengan cara berdifusi. Karat yang terbentuk pada tulangan ini mengakibatkan pengembangan volume besi tulangan tersebut. Pengembangan volume ini kemudian mendesak beton sehingga beton tersebut terkelupas atau pecah, sehingga daya dukung dan dimensi beton menjadi berkurang. Terjadinya karat ini disebabkan adanya reaksi antara unsur besi (Fe+) di dalam tulangan dengan unsur hidroksi (OH-) dari air.
Reaksi anodik: Fe → Fe2+ + 2e
Reaksi katodik: H2O + 2e + ½ O2 → 2OH-

2Fe2+ + 4OH- → 2Fe(OH)2

Air ini dapat masuk ke dalam beton dan sampai ke tulangan melalui 2 cara, yaitu:
·         Air yang masuk dari luar atau  uap air di udara melalui pori-pori beton karena beton tidak kedap air.
·         Proses karbonasi, yaitu reaksi antara karbondioksida (CO2) dengan unsur kalsium hidroksida di dalam beton (Ca(OH)2) karena beton tidak kedap udara.

Ca(OH)2 + CO2 → CaCO3 + H2O

Pada permukaan baja terdapat lapisan pasif baja yang tipis yang berguna untuk melindungi baja dari korosi.Saat baja pada beton terkorosi pH larutan yang terkandung dalam pori-pori berkurang dari nilai normal sekitar 13 hingga kurang dari 9, jauh di bawah yang sebesar 11,5 nilai pH diperlukan untuk menjamin kondisi pasif untuk baja tulangan.
Sebagian oksigen dari udara larut dalam  air yang berdifusi dan mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ yang membentuk karat besi (Fe2O3.H2O).

Mekanisme pembentukan karat besi


Karena pada waktu pembentukan senyawa Fe(OH)2 jumlah air tidak cukup sedangkan konsentrasi O2 cukup maka terbentuk korosi yang berwarna merah (FeOOH).

Sumber referensi :

MATERIAL KAYU

Material Kayu

Kayu adalah material alam dari pohon yang sering dimanfaatkan untuk kontruksi bangunan. Alasan mengapa kayu digunakan untuk kontruksi bangunan adalah mempunyai sifat yang mudah dibentuk dan kuat. Selain itu, jenis-jenis kayu untuk kontruksi bangunan masih mudah didapatkan. Bahan bangunan tersebut sering digunakan untuk elemen-elemen struktur dan arsitektur pada rumah tinggal seperti kuda-kuda, usuk, reng, pintu kayu, jendela kayu dan sebagainya. Artikel dengan judul jenis-jenis kayu ini akan menyajikan berbagai kayu yang sering dan umum digunakan pada bangunan.


Beberapa material yang digunakan sebagai pendukung pekerjaan struktur adalah kayu glugu, kruing, dan kayu jawa. Berikut ini akan dijelaskan satu per satu jenis-jenis kayu untuk kontruksi bangunan. 

1.    Kayu Jati

Jenis kayu jati ini sering terkenal karena kekuatannya yang tinggi dibanding dengan kayu lain pada umumnya. Selain itu, kayu ini mempunyai serat dan tekstur yang indah, tahan terhadap rayap, jamur, dan serangga. Tipe kayu ini lebih sering digunakan untuk pekerjaan furniture seperti pintu, jendela, dan meja kursi. Adapun ciri-ciri kayu jati adalah sebagai berikut.

o   Memiliki kekuatan dan keawetan yang sangat baik
o   Berwarna coklat muda hingga coklat tua
o   Mudah dipotong – potong dan mudah diolah menjadi banyak produk
o   Tidak mudah berubah bentuk akibat perubahan cuaca.
o   Memiliki bobot yang berat dan kokoh

Jenis kayu jati berasal dari pohon jati yang memiliki ukuran yang besar, yang bisa tumbuh hingga ketinggian 30-40 meter. Jati merupakan jenis pohon yang memiliki daun yang lebar-lebar dan memiliki ciri khas, daunnya gugur ketika mengering. Pohon jati sendiri merupakan jenis pohon yang tumbuh pada daerah hutan hujan tropis yang bersuhu antara 27-37 derajat. Penggunaan untuk konstruksi bangunan diantaranya untuk bantalan kereta api dan kontruksi kuda-kuda atap serta struktur jembatan pada jaman dahulu. 



               Gambar potongan kayu jati

2.    Kayu Kelapa atau Glugu

Glugu memiliki serat dan tekstur yang berbeda dengan jenis-jenis kayu lainnya karena memiliki serat yang jelas dan lurus. Jika kita ingin menggunakan kayu glugu sebagai rangka kanopi ekspos sebaiknya dilapisi dengan cat akrilik agar seratnya tetap terlihat.


Gambar potongan kayu glugu

3.    Kayu Kamper

Jenis material alam ini mempunyai serat dan tekstur yang indah. Biasa digunakan untuk pembuatan kusen pintu maupun jendela walaupun kekuatannya tidak sebaik dengan kayu jati. Alasan sering digunakan untuk kusen adalah jenis kayu ini tidak disukai rayap dan serangga lainnya sehingga sangat cocok digunakan sebagai material furniture. 



Gambar potongan kayu kamper


4.    Kayu Bengkirai

Salah satu jenis kayu yang lumayan kuat, awet, dan tahan cuaca adalah bengkirai. Kayu bengkirai sering digunakan untuk material konstruksi bangunan seperti atap karena kelebihannya yang kuat dan tahan lama.
Pohon Bangkirai banyak ditemukan di hutan hujan tropis di pulau Kalimantan. Jenis kayu ini berwarna kuning dan kadang agak kecoklatan, oleh karena itulah disebut yellow balau. Perbedaan antara kayu gubal dan kayu teras cukup jelas, dengan warna gubal lebih terang. Pada saat baru saja dibelah/potong, bagian kayu teras kadang terlihat coklat kemerahan.




Gambar potongan kayu bengkirai


5.    Kayu Merbau

Jenis kayu untuk konstruksi yang kuat dan tahan terhadap serangga adalah kayu merbau. Kayu merbau berwarna coklat kemerahan yang terkadang disertai dengan highlit kuning dan tekstur serat garisnya terputus-putus. Pohon merbau termasuk pohon hutan hujan tropis. Jenis kayu ini termasuk kayu dengan kelas awet I, II dan kelas Kuat I, II. Kayu merbau biasanya difinishing dengan melamin warna gelap / tua. Merbau memiliki tekstur serat garis terputus putus. Jenis kayu ini tumbuh subur di Indonesia, terutama di pulau Irian / Papua. 




Gambar potongan kayu Merbau

6.    Kayu Ulin

Kayu Ulin merupakan jenis kayu untuk konstruksi bangunan yang terkenal sangat kuat. Material alam ini banyak digunakan untuk bahan bangunan seperti rumah, kantor, gedung. Pohon ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter samapi 120 cm, tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 400 m. Kayu Ulin berwarna gelap dan tahan terhadap air laut.
Kayu ulin banyak digunakan sebagai konstruksi bangunan berupa tiang pancang, sirap (atap kayu), papan lantai,kosen, bahan untuk banguan jembatan, bantalan kereta api dan kegunaan lain yang memerlukan sifat-sifat khusus awet dan kuat.





  Gambar potongan kayu ulin
7.    Kayu Gelam

Material alam ini sering digunakan pada proyek-proyek rumah, kayu bakar, pagar, dan tiang-tiang sementara. Selain itu juga sering digunakan sebagai stager atau perancah saat pelaksanaan proyek. Pada beberapa daerah jenis kayu ini digunakan untuk cerucuk pada pekerjaan sungai dan jembatan. 



Gambar potongan kayu gelam

8.    Kayu Meranti

Kayu meranti merah merupakan jenis kayu keras yang mempunyai warna merah muda tua hingga merah muda pucat. Jenis kayu ini bertekstur tidak terlalu halus. Bahan alam ini sering digunakan untuk membuat multiplek yang sering digunakan untuk bekisting. Pohon meranti sangat mudah ditemui di hutan di pulau Kalimantan.


Gambar potongan Kayu Meranti

9.    Kayu Akasia

        Kayu Akasia adalah jenis kayu untuk konstruksi bangunan yang mempunyai nama lain Acacia mangium dengan berat jenis 0,75 sehingga pori-pori dan seratnya cukup rapat. Kelas awetnya II, yang berarti mampu bertahan sampai 20 tahun keatas bila diolah dengan baik. Kelas kuatnya II-I, yang berarti mampu menahan lentur diatas 1100 kg/cm2 dan mengantisipasi kuat desak diatas 650 kg/cm2. Kayu ini mempunyai sifat kembang susut kayu yang kecil, daya retaknya rendah, kekerasannya sedang, dan bertekstur agak kasar serta berserat lurus berpadu, sehingga jenis kayu ini mempunyai sifat pengerjaan mudah. 



Gambar potongan kayu akasia


Sumber referensi :

http://www.jasasipil.com/2015/10/jenis-jenis-kayu-untuk-kontruksi-gedung.html